 |
| Ketua Komisi B DPRD Karimun Jhon Abrison |
Karimun, Kepri (Jurnal) - Komisi B DPRD Karimun, Provinsi Kepulauan Riau melakukan inspeksi mendadak di instalasi pengolahan air bersih milik Perusda Karimun di Sei Bati, Kecamatan Tebing, Senin.
Ketua Komisi B Jhon Abrison mengatakan inspeksi mendadak tersebut bertujuan untuk melihat langsung teknis pengolahan air bersih yang disalurkan Perusda dari Waduk Bati kepada para pelanggan di Pulau Karimun Besar.
"Inspeksi ini juga untuk mencari masukan terkait pembahasan rancangan Peraturan Daerah tentang Perusda," kata dia.
Turut mendampingi dalam inspeksi tersebut anggota Komisi B Raja Kamaruddin, Hazmi dan Abdul Hafidz.
Rombongan Komisi B disambut operator Unit Usaha Air Bersih (UUAB) Perusda Hanbali yang selanjutnya mereka diajak berkeliling melihat proses pengolahan air bersih oleh badan usaha milik daerah tersebut.
Saat inspeksi tersebut, Jhon Abrison menilai air yang disalurkan kepada pelanggan belum layak minum karena diolah secara manual sehingga tidak steril dari zat kimia dan penyakit.
"Pengolahannya masih manual. Airnya pun tidak layak konsumsi," katanya.
Hanbali mengakui bahwa air yang disalurkan tersebut tidak layak untuk diminum sehingga dia juga mengatakan perlu disampaikan kepada para pelanggan.
"Air yang diproduksi hanya bisa untuk mandi dan mencuci, tidak bisa untuk minum," katanya.
Menurut Hanbali, pengolahan manual tanpa didukung teknologi penyulingan air sehingga layak minum merupakan salah satu penyebab tidak sterilnya air tersebut dari zat kimia maupun kuman penyakit.
"Zat pendukung untuk pengolahan secara teknologi juga tidak ada, hanya ada kaporit yang jumlahnya terbatas," katanya. (nto)
Ketua Komisi B Jhon Abrison mengatakan inspeksi mendadak tersebut bertujuan untuk melihat langsung teknis pengolahan air bersih yang disalurkan Perusda dari Waduk Bati kepada para pelanggan di Pulau Karimun Besar.
"Inspeksi ini juga untuk mencari masukan terkait pembahasan rancangan Peraturan Daerah tentang Perusda," kata dia.
Turut mendampingi dalam inspeksi tersebut anggota Komisi B Raja Kamaruddin, Hazmi dan Abdul Hafidz.
Rombongan Komisi B disambut operator Unit Usaha Air Bersih (UUAB) Perusda Hanbali yang selanjutnya mereka diajak berkeliling melihat proses pengolahan air bersih oleh badan usaha milik daerah tersebut.
Saat inspeksi tersebut, Jhon Abrison menilai air yang disalurkan kepada pelanggan belum layak minum karena diolah secara manual sehingga tidak steril dari zat kimia dan penyakit.
"Pengolahannya masih manual. Airnya pun tidak layak konsumsi," katanya.
Hanbali mengakui bahwa air yang disalurkan tersebut tidak layak untuk diminum sehingga dia juga mengatakan perlu disampaikan kepada para pelanggan.
"Air yang diproduksi hanya bisa untuk mandi dan mencuci, tidak bisa untuk minum," katanya.
Menurut Hanbali, pengolahan manual tanpa didukung teknologi penyulingan air sehingga layak minum merupakan salah satu penyebab tidak sterilnya air tersebut dari zat kimia maupun kuman penyakit.
"Zat pendukung untuk pengolahan secara teknologi juga tidak ada, hanya ada kaporit yang jumlahnya terbatas," katanya. (nto)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !