KRITERIA sebuah kota yang dibenci turis dunia sepertinya identik dengan persoalan sosial, kondisi lingkungan dan gaya hidup masyarakat yang heterogen. Kemacetan, pencemaran dan kerasnya perjuangan hidup yang memicu kemiskinan mungkin bukan pilihan bagi turis untuk mengunjungi sebuah kota.
Turis yang berkunjung tentunya menginginkan sesuatu yang indah dan damai, sebut saja panorama Pantai Kuta di Bali, Pantai Lagoi di Pulau Bintan, Kepulauan Riau, atau sekurang-kurangnya panorama Pantai Telunas di Pulau Sugie, Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau yang memiliki keindahan tak kalah dengan pantai-pantai di Pulau Bali namun kurang dikenal para turis.
Baru-baru ini, situs CNNGo merilis sepuluh kota yang paling dibenci para turis dengan kriteria mungkin seperti yang diuraikan di atas. Ke-10 kota tersebut secara berturut-turut adalah Tijuana Meksiko, Sidney, Melbourne Australia, Paris Prancis, Timbuktu, Los Angeles, Jakarta, Lima, New Delhi, Kairo dan Belize.
Para turis berpendapat, kehidupan monoton pada sepuluh kota membuat mereka jenuh. Wisata belanja di mal merupakan suguhan utama yang menjemukan dan tidak disukai para turis.
Jakarta, salah satu kota yang dibenci para turis ternyata hanya menjadi kota transit menuju kota-kota wisata di Indonesia, terutama Bali.
Para turis menurut Badan Pusat Statistik Indonesia seperti dikutip okezone.com membutuhkan waktu 7,84 detik untuk menyimpulkan apakah kota yang patut dikunjungi. Rata-rata turis hanya sanggup tinggal di Jakarta selama 7,84 hari.
Lalu bagaimana dengan Batam, salah satu kota industri di Kepulauan Riau yang ditetapkan sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas (free trade zone)? Batam dalam catatan BPS Kepri termasuk kota tujuan wisatawan mancanegara di Indonesia, dengan dominasi wisatawan Singapura dan Malaysia.
Pada April 2012, kunjungan turis di Batam sebanyak 93.813 orang, sedangkan se-Kepri mencapai 136.876 orang dengan memberikan kontribusi terhadap kunjungan turis di Indonesia sebesar 21,86 persen.
Pesatnya pertumbuhan industri di Batam diharapkan tidak menjadikan kota baru tumbuh itu termasuk dalam kriteria dibenci oleh para turis. Pemerintah daerah tentunya harus memperhatikan keindahan, kenyaman serta melestarikan objek-objek wisata agar tidak terlantar begitu saja.
Turis yang berkunjung tentunya menginginkan sesuatu yang indah dan damai, sebut saja panorama Pantai Kuta di Bali, Pantai Lagoi di Pulau Bintan, Kepulauan Riau, atau sekurang-kurangnya panorama Pantai Telunas di Pulau Sugie, Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau yang memiliki keindahan tak kalah dengan pantai-pantai di Pulau Bali namun kurang dikenal para turis.
Baru-baru ini, situs CNNGo merilis sepuluh kota yang paling dibenci para turis dengan kriteria mungkin seperti yang diuraikan di atas. Ke-10 kota tersebut secara berturut-turut adalah Tijuana Meksiko, Sidney, Melbourne Australia, Paris Prancis, Timbuktu, Los Angeles, Jakarta, Lima, New Delhi, Kairo dan Belize.
Para turis berpendapat, kehidupan monoton pada sepuluh kota membuat mereka jenuh. Wisata belanja di mal merupakan suguhan utama yang menjemukan dan tidak disukai para turis.
Jakarta, salah satu kota yang dibenci para turis ternyata hanya menjadi kota transit menuju kota-kota wisata di Indonesia, terutama Bali.
Para turis menurut Badan Pusat Statistik Indonesia seperti dikutip okezone.com membutuhkan waktu 7,84 detik untuk menyimpulkan apakah kota yang patut dikunjungi. Rata-rata turis hanya sanggup tinggal di Jakarta selama 7,84 hari.
Lalu bagaimana dengan Batam, salah satu kota industri di Kepulauan Riau yang ditetapkan sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas (free trade zone)? Batam dalam catatan BPS Kepri termasuk kota tujuan wisatawan mancanegara di Indonesia, dengan dominasi wisatawan Singapura dan Malaysia.
Pada April 2012, kunjungan turis di Batam sebanyak 93.813 orang, sedangkan se-Kepri mencapai 136.876 orang dengan memberikan kontribusi terhadap kunjungan turis di Indonesia sebesar 21,86 persen.
Pesatnya pertumbuhan industri di Batam diharapkan tidak menjadikan kota baru tumbuh itu termasuk dalam kriteria dibenci oleh para turis. Pemerintah daerah tentunya harus memperhatikan keindahan, kenyaman serta melestarikan objek-objek wisata agar tidak terlantar begitu saja.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !