JIKA anda berkunjung ke Provinsi Riau atau Kepulauan Riau, maka anda disuguhi pemandangan rumah-rumah toko yang dibangun bertingkat seakan-akan hendak menjulang ke langit.
Bagi yang tidak tahu, mungkin rumah toko dianggap tempat tinggal biasa, namun ternyata bangunan tersebut dibangun khusus untuk penangkaran burung walet.
Penangkaran burung walet sudah menjadi pemandangan biasa di wilayah pesisir dan pulau-pulau di dua provinsi itu. Umumnya, pemilik penangkaran itu adalah warga Tionghoa yang meyakini bahwa sarang burung walet yang dihasilkan dari ludah walet itu memiliki khasiat bagi kekebalan tubuh serta mengobati berbagai penyakit.
Berdasarkan sejarah Cina kuno serta pendapat pakar budaya Tionghoa di Kepulauan Riau, perdagangan sarang walet sebenarnya sudah berlangsung lama, sejak zaman Dinas Ming berkuasa di negeri Tiongkok.
Pada zaman Dinasti Qing, sarang walet dijadikan menu yang harus ada dalam hidangan masyarakat Tionghoa.
Sarang walet, menurut kalangan warga Tionghoa diyakini dapat menyembuhkan penyakit pernafasan, mengobati kulit agar lebih lembut serta menjaga kebugaran tubuh, serta membuat orang yang mengkomsumsi panjang umur karena terjaga kesehatannya.
Dengan sejumlah khasiat itu, tidak heran kalau harga sarang walet bisa mencapai puluhan juta dan dicari para selebriti dan orang-orang kaya keturunan Cina.
Menurut ilmu kesehatan, liur yang dihasilkan dengan bentuk sarang walet sebenarnya mengandung protein yang cukup tinggi, serta sejumlah mineral seperti kalsium, fosfor, kalium zat besi, nitrogen dan natrium.
Secara logika, tidak salah kiranya jika orang-orang Cina zaman dulu begitu gemar mengkonsumsi sarang walet karena juga diyakini menyembuhkan penyakit dalam fase kritis, pemulihan pasca-operasi serta agar awet muda.
Sarang walet disajikan berbentuk sup yang nikmat dinikmati saat panas. Dengan begitu banyaknya khasiat sarang walet, layak kalau yang mengkonsumsinya bukan hanya orang Tionghoa, tapi anda juga bisa menikmatinya asalkan rela merogoh saku lebih dalam karena harganya memang sangat mahal. (bp/rus)
Penangkaran burung walet sudah menjadi pemandangan biasa di wilayah pesisir dan pulau-pulau di dua provinsi itu. Umumnya, pemilik penangkaran itu adalah warga Tionghoa yang meyakini bahwa sarang burung walet yang dihasilkan dari ludah walet itu memiliki khasiat bagi kekebalan tubuh serta mengobati berbagai penyakit.
Berdasarkan sejarah Cina kuno serta pendapat pakar budaya Tionghoa di Kepulauan Riau, perdagangan sarang walet sebenarnya sudah berlangsung lama, sejak zaman Dinas Ming berkuasa di negeri Tiongkok.
Pada zaman Dinasti Qing, sarang walet dijadikan menu yang harus ada dalam hidangan masyarakat Tionghoa.
Sarang walet, menurut kalangan warga Tionghoa diyakini dapat menyembuhkan penyakit pernafasan, mengobati kulit agar lebih lembut serta menjaga kebugaran tubuh, serta membuat orang yang mengkomsumsi panjang umur karena terjaga kesehatannya.
Dengan sejumlah khasiat itu, tidak heran kalau harga sarang walet bisa mencapai puluhan juta dan dicari para selebriti dan orang-orang kaya keturunan Cina.
Menurut ilmu kesehatan, liur yang dihasilkan dengan bentuk sarang walet sebenarnya mengandung protein yang cukup tinggi, serta sejumlah mineral seperti kalsium, fosfor, kalium zat besi, nitrogen dan natrium.
Secara logika, tidak salah kiranya jika orang-orang Cina zaman dulu begitu gemar mengkonsumsi sarang walet karena juga diyakini menyembuhkan penyakit dalam fase kritis, pemulihan pasca-operasi serta agar awet muda.
Sarang walet disajikan berbentuk sup yang nikmat dinikmati saat panas. Dengan begitu banyaknya khasiat sarang walet, layak kalau yang mengkonsumsinya bukan hanya orang Tionghoa, tapi anda juga bisa menikmatinya asalkan rela merogoh saku lebih dalam karena harganya memang sangat mahal. (bp/rus)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !