SEJAK beberapa hari belakangan, hampir setiap media baik cetak, online maupun elektronik gencar menyiarkan rencana Indonesia memberikan suntikan modal Dana Moneter Internasional atau International Monetery Fund (IMF).
Sejumlah analisa dari berbagai kalangan mencuat karena pemberian pinjaman memiliki efek domino bagi kebijakan moneter dalam dan luar negeri.
Menteri Keuangan Agus Martowardoyo mengatakan rencana pemberian pinjaman dengan nilai maksimal 1 miliar dolar Amerika menunjukkan bahwa Indonesia makin kuat di mata perekonomian dunia, dibandingkan saat krisisi moneter pada 1998 yang memaksa Indonesia untuk meminjam modal kepada lembaga moneter dunia itu.
"Ini kesempatan bagus untuk menunjukkan bahwa Indonesia sudah lebih baik, karena Indonesia juga pernah meminjam pada IMF tapi sudah dikembalikan," kata Agus seperti diberitakan laman kompas.com.
IMF membutuhkan bantuan tambahan modal kepada negara-negara yang tergabung dalam G20, salah satunya Indonesia dan China sebagai bentuk komitmen untuk memperkuat IMF terutama untuk membantu Uni Eropa yang sedang dilanda krisis moneter cukup parah.
Pemberian bantuan modal kepada IMF juga dinilai dapat memperkuat posisi Indonesia di antara negara-negara G20, sebaliknya eksistensi Indonesia justru dipertanyakan jika enggan menyertakan modalnya.
Meski memiliki efek positif bagi posisi Indonesia di mata dunia, penyertaaan modal itu juga perlu disikapi dan ditelaah agar tidak menimbulkan efek negatif bagi perekonomian dalam negeri.
Menteri Agus Martowardoyo menyatakan penyertaan modal tidak akan mengganggu APBN karena dananya diambil dari cadangan devisa serta dana perbankan. Sebagian modal yang dikucurkan dalam bentuk tunai dan tercatat dalam neraca IMF, sedangkan sebagian lainnya tersimpan di bank
Sementara itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan masih mempertimbangkan terkait rencana modal tersebut.
Masalah suntikan modal untuk IMF perlu disikapi agar efek domino yang muncul sama-sama positif, baik bagi perekonomian dalam negeri maupun penguatan posisi Indonesia di mata negara-negara maju dan berkembang lainnya. ***
Sejumlah analisa dari berbagai kalangan mencuat karena pemberian pinjaman memiliki efek domino bagi kebijakan moneter dalam dan luar negeri.
Menteri Keuangan Agus Martowardoyo mengatakan rencana pemberian pinjaman dengan nilai maksimal 1 miliar dolar Amerika menunjukkan bahwa Indonesia makin kuat di mata perekonomian dunia, dibandingkan saat krisisi moneter pada 1998 yang memaksa Indonesia untuk meminjam modal kepada lembaga moneter dunia itu.
"Ini kesempatan bagus untuk menunjukkan bahwa Indonesia sudah lebih baik, karena Indonesia juga pernah meminjam pada IMF tapi sudah dikembalikan," kata Agus seperti diberitakan laman kompas.com.
IMF membutuhkan bantuan tambahan modal kepada negara-negara yang tergabung dalam G20, salah satunya Indonesia dan China sebagai bentuk komitmen untuk memperkuat IMF terutama untuk membantu Uni Eropa yang sedang dilanda krisis moneter cukup parah.
Pemberian bantuan modal kepada IMF juga dinilai dapat memperkuat posisi Indonesia di antara negara-negara G20, sebaliknya eksistensi Indonesia justru dipertanyakan jika enggan menyertakan modalnya.
Meski memiliki efek positif bagi posisi Indonesia di mata dunia, penyertaaan modal itu juga perlu disikapi dan ditelaah agar tidak menimbulkan efek negatif bagi perekonomian dalam negeri.
Menteri Agus Martowardoyo menyatakan penyertaan modal tidak akan mengganggu APBN karena dananya diambil dari cadangan devisa serta dana perbankan. Sebagian modal yang dikucurkan dalam bentuk tunai dan tercatat dalam neraca IMF, sedangkan sebagian lainnya tersimpan di bank
Sementara itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan masih mempertimbangkan terkait rencana modal tersebut.
Masalah suntikan modal untuk IMF perlu disikapi agar efek domino yang muncul sama-sama positif, baik bagi perekonomian dalam negeri maupun penguatan posisi Indonesia di mata negara-negara maju dan berkembang lainnya. ***
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !