Pemulung tidak hanya mengumpulkan kaleng-kaleng bekas minuman di tempat pembuangan sampah, tetapi juga mendapatkannya dari rumah-rumah warga.
Bujang, seorang pemulung mengatakan dalam satu hari ia mengumpulkannya hampir empat kilogram kaleng minuman.
"Alhamdulillah, Lebaran kali ini saya mendapatkan banyak kaleng minuman bekas, biasanya hanya satu atau satu setengah kilo," katanya.
Menurut Bujang, kaleng-kaleng yang ia kumpulkan hanya yang terbuat dari aluminium karena harganya jual cukup lumayan dibandingkan terbuat dari seng.
"Kalau kaleng aluminium harganya Rp12.000/kg, sedangkan kaleng seng tidak laku, penampung enggan membelinya karena pihak pabrikan hanya menginginkan kaleng aluminium," katanya.
Dia mengaku menjual kaleng-kaleng tersebut dijual kepada penampun barang-barang bekas di kawasan Kolong, Tanjung Balai Karimun.
Amat, pemulung lain mengatakan banyak warga yang memberinya kaleng bekas secara cuma-cuma, dalam satu hari ia mendapatkan 10 kilogram kaleng.
"Sejak subuh saya sudah keliling di rumah-rumah warga dan ruko, biasanya banyak warga yang membuang kaleng minuman yang habis dipakai satu hari sebelumnya. Selain itu, banyak warga yang sengaja mengumpulkannya dan kemudian memberikannya saat saya datang," tuturnya.
Menurut dia, pekerjaan menjadi pemulung terpaksa dilakukannya karena tidak punya keterampilan untuk pekerjaan lain.
"Saya ini tidak tamat SD, mau kerja buruh tenaga tidak ada. Mau tak mau terpaksa jadi pemulung," katanya.
Di Tanjung Balai Karimun, pemulung cukup banyak, selain dari pria dewasa, anak-anak dan wanita juga ikut mengumpulkan barang-barang bekas, baik di tong sampah maupun di tempat pembuangan akhir sampah di Sememal.
"Pemulung memang pekerjaan yang dianggap rendah, tapi kalau lagi ada rezeki, bisa dapat Rp50.000 dalam satu hari," kata Amat lagi. (rus)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !