Wakil Ketua Komisi A DPRD Karimun Zulfikar |
Karimun, Kepri (Jurnal) - Wakil Ketua Komisi A DPRD Karimun, Provinsi Kepulauan Riau Zulfikar menilai perencanaan Proyek Pelabuhan Penarah di Desa Penarah, Kecamatan Belas tidak matang sehingga pengerjaannya terkesan asal jadi.
"Informasi saat reses menyebutkan bahwa fisik proyek Pelabuhan Penarah mengecewakan. Kami menilai proyek itu dikerjakan tanpa perencanaan matang," kata Zulfikar di Tanjung Balai Karimun, Kamis (21/3).
Zulfikar yang diusung Partai Hanura mengatakan, Proyek Pembangunan Pelabuhan Penarah memiliki pagu anggaran Rp1.061 miliar, dan nilai proyek pascapelelangan sekitar Rp899 juta dengan masa pengerjaan berakhir pada Desember 2012.
"Proyek pelabuhan tersebut belum diserahterimakan, padahal masa pengerjaannya sudah berakhir," ucapnya.
Zulfikar yang berasal dari daerah pemilihan Kundur, pada 2011 lalu mengaku pernah mengusulkan pembangunan pelabuhan di Desa Sei Asam, namun yang muncul dalam APBD 2012 adalah Proyek Pelabuhan Penarah.
"Tidak masalah kalau Pelabuhan Penarah dibangun lebih dulu, tapi pekerjaannya tentu harus sesuai bestek dan memiliki perencanaan yang matang, apalagi proyek itu menggunakan dana APBD yang cukup besar," tuturnya.
Dia juga mempertanyakan "detail engineering design" (DED) proyek tersebut karena tidak tertuang dalam APBD 2011.
"Yang kami temukan dalam APBD hanya DED untuk Pelabuhan Sei Asam, bukan DED Pelabuhan Penarah. Padahal DED merupakan acuan untuk pelaksanaan proyek," kata dia.
Dia meminta pemilik proyek yaitu Dinas Perhubungan mengevaluasi fisik proyek tersebut, jika terdapat kejanggalan maka kontraktor yang mengerjakannya harus ditindak sesuai ketentuan hukum yang berlaku.
"Kami menyayangkan proyek yang dikerjakan asal-asalan, padahal tujuan pembangunan pelabuhan itu adalah untuk membuka akses masyarakat di Penarah yang merupakan desa dari Kecamatan Belat yang baru dimekarkan pada tahun lalu," tambahnya.
Sementara itu, Heri salah seorang menilai realisasi proyek tersebut sekitar 80 persen. Fisik pelabuhan tersebut mengecewakan, tiang pancangnya tidak sama tinggi sehingga lantai pelabuhan yang memiliki panjang 125 meter itu bergelombang.
"Saya sedikit banyak mengerti teknis pengerjaan proyek. Apalagi ada informasi dari pekerja bahwa proyek itu ada kecurangan berupa pengurangan material," kata Heri. (rus)
"Informasi saat reses menyebutkan bahwa fisik proyek Pelabuhan Penarah mengecewakan. Kami menilai proyek itu dikerjakan tanpa perencanaan matang," kata Zulfikar di Tanjung Balai Karimun, Kamis (21/3).
Zulfikar yang diusung Partai Hanura mengatakan, Proyek Pembangunan Pelabuhan Penarah memiliki pagu anggaran Rp1.061 miliar, dan nilai proyek pascapelelangan sekitar Rp899 juta dengan masa pengerjaan berakhir pada Desember 2012.
"Proyek pelabuhan tersebut belum diserahterimakan, padahal masa pengerjaannya sudah berakhir," ucapnya.
Zulfikar yang berasal dari daerah pemilihan Kundur, pada 2011 lalu mengaku pernah mengusulkan pembangunan pelabuhan di Desa Sei Asam, namun yang muncul dalam APBD 2012 adalah Proyek Pelabuhan Penarah.
"Tidak masalah kalau Pelabuhan Penarah dibangun lebih dulu, tapi pekerjaannya tentu harus sesuai bestek dan memiliki perencanaan yang matang, apalagi proyek itu menggunakan dana APBD yang cukup besar," tuturnya.
Dia juga mempertanyakan "detail engineering design" (DED) proyek tersebut karena tidak tertuang dalam APBD 2011.
"Yang kami temukan dalam APBD hanya DED untuk Pelabuhan Sei Asam, bukan DED Pelabuhan Penarah. Padahal DED merupakan acuan untuk pelaksanaan proyek," kata dia.
Dia meminta pemilik proyek yaitu Dinas Perhubungan mengevaluasi fisik proyek tersebut, jika terdapat kejanggalan maka kontraktor yang mengerjakannya harus ditindak sesuai ketentuan hukum yang berlaku.
"Kami menyayangkan proyek yang dikerjakan asal-asalan, padahal tujuan pembangunan pelabuhan itu adalah untuk membuka akses masyarakat di Penarah yang merupakan desa dari Kecamatan Belat yang baru dimekarkan pada tahun lalu," tambahnya.
Sementara itu, Heri salah seorang menilai realisasi proyek tersebut sekitar 80 persen. Fisik pelabuhan tersebut mengecewakan, tiang pancangnya tidak sama tinggi sehingga lantai pelabuhan yang memiliki panjang 125 meter itu bergelombang.
"Saya sedikit banyak mengerti teknis pengerjaan proyek. Apalagi ada informasi dari pekerja bahwa proyek itu ada kecurangan berupa pengurangan material," kata Heri. (rus)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !