Jika Ingin Maju, Contohlah Pendidikan Jepang - Jurnal Terkini - Analisa Fakta-Data Terkini
Jurnal Terkini :
Home » , » Jika Ingin Maju, Contohlah Pendidikan Jepang

Jika Ingin Maju, Contohlah Pendidikan Jepang

Written By Unknown on Saturday, May 18, 2013 | 2:28 AM

www.jurnalterkini.com
Politisi Hanura Meranti HM Adil saat berbicara dalam perpisahan siswa SDN 001 Selatpanjang
MESKI SD Negeri 1 Selatpanjang, Kecamatan Tebing Tinggi tidak dipungkiri telah banyak mencetak sumber daya manusia (SDM) berkualitas dan sukses  mengantar alumninya ke jenjang karir terbilang oke, namun usianya tergolong tua membuat sekolah di pusat kota jauh tertinggal.

Hal ini disampaikan politisi Partai Hanura  H.M Adil di hadapan kepala sekolah, guru maupun orang tua/walimurid dalam acara perpisahan beberapa hari lalu.

"Mari sedikit demi sedikit kita bergandengan tangan dan bersama-sama untuk lebih meningkatkan kualitas SDM melalui peningkatan pembelajaran di seluruh jenjang pendidikan sebagaimana diamanatkan undang-undang. Kalau tidak sekolah formal ya non formal sehingga gaungnya tidak hanya di Kabupaten Kepulauan Meranti, tetapi juga bisa mengukir prestasi di luar daerah. Dan kita harus berupaya bersama-sama bagaimana anak didik kita agar semakin banyak yang berbicara di tingkat internasional," kata Adil.

SDN 001 Selatpanjang, menurut Adil, memang sudah cukup lama berdiri dan beberapa orang hebat pernah bersekolah di sini.

"Bahkan orang tua saya merupakan alumni sekolah ini dan 2 dari anak-anak saya sekolahnya juga disini. Memang bangunannya sudah kelihatan bagus, tapi mari kita bertanya kepada diri kita sendiri, apakah cukup dengan bangunan fisiknya  yang dianggap bagus,maka sekolah itu langsung kita beria penilaian bahwa sekolah itu bagus,kan tidak semudah itu member penilaian kalau sekolah itu kita anggap bagus," tuturnya.

Sebab itu, kata dia, perlu peningkatan sarana dan prasarana dan memenuhi persayaratan untuk dikategorikan sekolah bagus dan berkualitas. Sebut saja sudah adakah laboratorium? Perpustakaan? Laboratorium bahasa dan fasilitas olahraga yang semuanya menjamin anak didik benar-benar mendapatkan pembelajaran yang layak.

"Jika fasilitas  seperti itu saja  belum ada dimiliki oleh sekolah ini,berarti sama saja sekolah ini kondisinya masih sulit untuk menunjang pendidikan anak-anak kita, karena melihat perkembangan saat ini berbicara pendidikan tidak bisa kurang lebih, membangun pendidikan tidak bisa setengah-setengah,” ucap anggota DPRD Meranti ini saat berucap pada acara perpisahan kelas VI sekolah tersebut, Rabu (15/5) kemarin.

Lebih lanjut Adil memaparkan, dengan besar APBD Kepulauan Meranti  yang tahun ini mencapai Rp 1,34 triliun, jika 20%, sesuai undang-undang diperuntukkan bagi pendidikan yakni sebesar kurang lebih Rp270 miliar, maka tujuan pendidikan yang berkualitas bisa terwujud sehingga mendorong pembangunan daerah ini.


“Kita harus belajar dari Jepang. Bom atom yang jatuh di Nagasaki dan Hiroshima, pada 1945 menjadi catatan sejarah dunia. Jepang porakporanda. Pada tahun yang sama merdeka. Logika berbicara, negara yang cepat maju karena lebih awal berkesempatan membangun tentu bangsa kita, Indonesia. Api jauh dari panggang, realita menunjukkan fakta sebaliknya, saat ini Jepang lebih unggul membangun diri dan jauh meninggalkan Indonesia,” ucap H. M. Adil

Kunci kesuksesan Jepang, menurut dia adalah membangun diri, peduli terhadap pembangunan SDM dengan cara memperhatikan pendidikan di samping menghormati budaya. Dan dari sekilan banyak cara, Langkah awal Jepang pascabom atom adalah mengirim pelajar-pelajar ke luar negeri dengan misi membangun kembali.

Buku-buku barat diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang agar mempermudah transfer ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemudian, buku-buku pengetahuan itu dijual dengat sangat murah sehingga mempermudah masyarakat memperolehnya. Dari situ timbullah kegemaran membaca pada sebagian besar masyarakat Jepang.

“Daerah kita sendiri di sekolah-sekolah malah tidak memiliki pustaka, tidak ada labor, minat baca anak dan semangat belajar pun akan berkurang. Saya mohon Kepala Sekolah, guru ajukan program output kepada Pemkab, program output yang tepat agar tidak mubazir. Kalau setiap tahun yang diajukan program ceremonial, apa gunanya. Jika begitu saya yakit SDM kita akan tertinggal dan daerah ini meski kaya dengan sumber daya alam, nantinya akan menjadi padang jarak, padang tekukur,” ucap politisi Hanura ini.


Jepang sadar betul ujung tombak pendidikan adalah guru. Maka pemerintah dan masyarakat Jepang sangat menghargai sosok seorang guru, baik secara finansial maupun moral. Bayangkan untuk guru yang baru mengajar saja, Jepang berani memberi honor sebesar 200 ribu yen atau sekitar Rp16 juta per bulan.

Dan, untuk guru honor senior di Jepang gajinya bisa mencapai 500 ribu yen atau sekitar Rp40 juta. Tidak heran bila dedikasi tercurah penuh terhadap profesi guru karena kerja mereka dihargai secara pantas. Robert C. Christopher, mantan koresponden majalah Newsweek yang tinggal di Jepang pernah berujar, "Lihatlah sikap para guru Jepang, perhatian mereka sampai ke totalitas kehidupan murid mereka".

Pada kesempatan tersebut, H. M. Adil, Terus berupaya menepati janjinya selama ini dalam mendukung peningkatan kualitas SDM dimeranti melalui berbagai bidang. Selain memberikan beasiswa dan hadiah kepada pelajar berprestasi, Khususnya pelajar SMA sederajat, pihaknya juga memberikan bonus kepada 3 orang siswa kelas VI yang berprestasi dan 1 orang siswa yang berhasil memenangkan lomba pada MTQ Kecamatan Tebing Tinggi beberapa waktu lalu.

Bagaimana di Indonesia?
Pendidikan masyarakat Indonesia jauh tertinggal. Hal ini didukung oleh kurangnya perhatian pemerintah. Kalaupun ada perhatian namun tidak dikelola secara serius dan profesional. Di tambah pula proses manajemen yang tidak transparan dan kebijakan yang tidak tepat sasaran, semakin membuat dunia pendidikan bangsa kita dirundung persoalan. Tak heran, kalau bicara tentang pendidikan nasional terkesan selalu yang buruk-buruknya saja.

Setiap ada perubahan menteri, persoalan yang hangat diperbincangkan selalu berkutat pada masalah undang-undang, kurikulum, kebijakan ujian, insensif para guru dan keterbatasan anggaran. Namun demikian kebijakan yang diambil selalu saja mengecewakan. Padahal negara kita dianggap salah satu negara yang memiliki sumber daya alam yang memadai sebagai modal utama untuk membangun negara.

Namun kenyataannya kemiskinan dan pengangguran tetap mejadi musuh utama serta terus merasa kurang dalam pendanaan. Kita mungkin sudah lupa bahwa kemajuan sebuah bangsa terletak dari baik-buruknya kualitas manusia atau indeks pembangunan manusianya. Hal inilah yang disadari betul oleh negara Jepang sehingga mampu menjawab persoalan dan bangkit dari keterpurukannya terutama pasca perang dunia II.

Jhon Neisbitt dalam bukunya Mega Trend 2000 mengingatkan kita dengan mengatakan: "Suatu negara miskin pun bisa bangkit, bahkan tanpa sumber daya alam yang melimpah ruah, asalkan negara yang bersangkutan melakukan investasi yang cukup, yaitu dalam hal kualitas sumber daya manusianya. (isk/def)
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

http://picasion.com/i/1UKkh/
 
Support : Copyright © 2011. Jurnal Terkini - All Rights Reserved
Original Design by Creating Website Modified by Adiknya