FESTIVAL lampu colok, tradisi tahunan warisan budaya Melayu pada bulan Ramadhan kembali digelar. Sejumlah ruas jalan di Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau mulai bersiap-siap menyambut festival yang puncaknya jatuh pada malam tujuh likur atau malam 27 Ramadhan itu.
Di Kelurahan Sei Raya, Kecamatan Meral, sebuah gapura berbentuk miniatur masjid mulai berdiri kokoh di atas ruas jalan. Gapura tersebut terbuat dari kayu yang dipenuhi dengan untaian kawat tempat dipasangnya lampu colok, sejenis lampu pelita berbahan bakar minyak.
Gapura Colok di Sei Raya, Meral, Karimun pada Ramadhan 1432 H |
Pada malam hari, gapura tersebut memerah dengan warna api lampu colok yang dilihat dari kejauhan berbentuk masjid atau miniatur bernuansa Islami.
Lampu colok tersebut terbuat dari kaleng yang dipotong dua dan diberi sumbu untuk dinyalakan pada malam hari.
"Pemasangan lampu colok merupakan tradisi tahunan dalam menyambut turunnya malaikat pada malam lailatul qadar. Menurut para pendahulu, tujuan pemasangan lampu colok untuk menerangi rumah-rumah saat turunnya malaikat ke bumi," kata Ujang, warga.
Pembangunan gapura colok tidak hanya dilakukan warga Sei Raya, tetapi juga warga kelurahan dan desa lain, seperti di Kapling, Kampung Harapan, Tebing hingga daerah pulau termasuk juga di Dusun Pasir Todak, Desa Selatmie, Kecamatan Moro.
Biasanya, pemasangan lampu colok pada gapura maupun lingkungan perumahan warga mulai digelar sejak malam ke-25 Ramadhan hingga malam takbiran Lebaran.
"Kalau malam tujuh likur, kampung ini semarak dengan api lampu colok dan pesta kembang api," kata Mardiah, warga Pasir Todak.
Festival lampu colok, menurut Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Karimun merupakan seni budaya Melayu warisan turun temurun yang memiliki potensi wisata dan diharapkan dapat menarik minat kunjungan wisatawan mancangera.
"Pemerintah daerah mendorong pelestarian pemasangan lampu colok dengan menggelar festival. Gapura yang memiliki keserasian api colok terbaik mendapatkan hadiah uang tunai yang disiapkan pemerintah daerah," kata Kepala Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Karimun Syuryaminsyah.
Penilaian gapura colok terbaik, kata dia, hanya untuk gapura yang diterangi dengan api lampu pelita, bukan cahaya lampu kelap-kelip menggunakan listrik.
Festival lampu colok juga menyemarakkan suasana kota hingga pedesaan, tidak hanya di Karimun, tetapi juga di daerah lain seperti di Tanjungpinang hingga Provinsi Riau.
Warga berkeliling kota menyaksikan semaraknya festival dengan kendaraan bermotor maupun mobil hingga tengah malam. (rdi)
Lampu colok tersebut terbuat dari kaleng yang dipotong dua dan diberi sumbu untuk dinyalakan pada malam hari.
"Pemasangan lampu colok merupakan tradisi tahunan dalam menyambut turunnya malaikat pada malam lailatul qadar. Menurut para pendahulu, tujuan pemasangan lampu colok untuk menerangi rumah-rumah saat turunnya malaikat ke bumi," kata Ujang, warga.
Pembangunan gapura colok tidak hanya dilakukan warga Sei Raya, tetapi juga warga kelurahan dan desa lain, seperti di Kapling, Kampung Harapan, Tebing hingga daerah pulau termasuk juga di Dusun Pasir Todak, Desa Selatmie, Kecamatan Moro.
Biasanya, pemasangan lampu colok pada gapura maupun lingkungan perumahan warga mulai digelar sejak malam ke-25 Ramadhan hingga malam takbiran Lebaran.
"Kalau malam tujuh likur, kampung ini semarak dengan api lampu colok dan pesta kembang api," kata Mardiah, warga Pasir Todak.
Festival lampu colok, menurut Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Karimun merupakan seni budaya Melayu warisan turun temurun yang memiliki potensi wisata dan diharapkan dapat menarik minat kunjungan wisatawan mancangera.
"Pemerintah daerah mendorong pelestarian pemasangan lampu colok dengan menggelar festival. Gapura yang memiliki keserasian api colok terbaik mendapatkan hadiah uang tunai yang disiapkan pemerintah daerah," kata Kepala Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Karimun Syuryaminsyah.
Penilaian gapura colok terbaik, kata dia, hanya untuk gapura yang diterangi dengan api lampu pelita, bukan cahaya lampu kelap-kelip menggunakan listrik.
Festival lampu colok juga menyemarakkan suasana kota hingga pedesaan, tidak hanya di Karimun, tetapi juga di daerah lain seperti di Tanjungpinang hingga Provinsi Riau.
Warga berkeliling kota menyaksikan semaraknya festival dengan kendaraan bermotor maupun mobil hingga tengah malam. (rdi)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !