Ketua DPRD Karimun Raja Bakhtiar |
Karimun, Kepri (Jurnal) - Ketua DPRD Karimun Raja Bakhtiar turun langsung untuk mengakhiri aksi warga yang menghentikan pengerjaan Proyek Jalan Dusun I, Desa Sanglar, Kecamatan Durai, baru-baru ini.
"Kini proyek pengaspalan jalan Dusun I, Sanglar sudah berjalan kembali. Warga sudah berhenti melakukan aksi menghentikan proyek itu," kata Raja Bakhtiar di Tanjung Balai Karimun, Senin.
Raja Bakhtiar mengatakan, warga menghentikan proyek tersebut karena menilai pengerjaan tidak sesuai dengan bestek. Yaitu, pengaspalan tidak menggunakan alat berat dan tidak ada saluran air di kiri kanan jalan.
"Menurut kami, bukan kontraktor yang salah. Tapi perencanaannya yang tidak matang, dalam bestek memang tidak termasuk pengerjaan saluran air serta penggunaan alat berat sebelum diaspal," katanya.
Dia menilai, perencanaan tidak matang, salah satunya konsultan perencana tidak turun ke lapangan untuk melihat kondisi tanah yang akan diaspal.
"Warga khawatir jalan tersebut cepat rusak karena tidak diawali dengan pengerasan menggunakan alat berat. Sedangkan drainase harus dibangun karena khawatir jalan tersebut terendam air saat hujan sehingga bisa cepat rusak," ucapnya.
Proyek Jalan Sanglar memiliki panjang sekitar 1 kilometer menggunakan anggaran APBD 2013.
Kontraktor pelaksana CV Citra Fajar akhirnya membangun drainase setelah dilakukan perubahan kontrak kerja atau CCO dengan penambahan anggaran sebesar Rp60 juta untuk pembangunan drainase.
"Kami berharap masalah ini tidak terulang akibat perencanaan tidak matang. Ke depan, setiap proyek harus melihat kondisi di lapangan sehingga bisa tahan lama dan bermanfaat bagi masyarakat," tambah Raja Bakhtiar. (rdi)
"Kini proyek pengaspalan jalan Dusun I, Sanglar sudah berjalan kembali. Warga sudah berhenti melakukan aksi menghentikan proyek itu," kata Raja Bakhtiar di Tanjung Balai Karimun, Senin.
Raja Bakhtiar mengatakan, warga menghentikan proyek tersebut karena menilai pengerjaan tidak sesuai dengan bestek. Yaitu, pengaspalan tidak menggunakan alat berat dan tidak ada saluran air di kiri kanan jalan.
"Menurut kami, bukan kontraktor yang salah. Tapi perencanaannya yang tidak matang, dalam bestek memang tidak termasuk pengerjaan saluran air serta penggunaan alat berat sebelum diaspal," katanya.
Dia menilai, perencanaan tidak matang, salah satunya konsultan perencana tidak turun ke lapangan untuk melihat kondisi tanah yang akan diaspal.
"Warga khawatir jalan tersebut cepat rusak karena tidak diawali dengan pengerasan menggunakan alat berat. Sedangkan drainase harus dibangun karena khawatir jalan tersebut terendam air saat hujan sehingga bisa cepat rusak," ucapnya.
Proyek Jalan Sanglar memiliki panjang sekitar 1 kilometer menggunakan anggaran APBD 2013.
Kontraktor pelaksana CV Citra Fajar akhirnya membangun drainase setelah dilakukan perubahan kontrak kerja atau CCO dengan penambahan anggaran sebesar Rp60 juta untuk pembangunan drainase.
"Kami berharap masalah ini tidak terulang akibat perencanaan tidak matang. Ke depan, setiap proyek harus melihat kondisi di lapangan sehingga bisa tahan lama dan bermanfaat bagi masyarakat," tambah Raja Bakhtiar. (rdi)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !