Para peneliti mengatakan gangguan tidur disebabkan oleh ritme bulan atau 'circalunar', yang mungkin merupakan peninggalan masa prasejarah.
Bulan purnama di langit Manhattan, New York. (Foto: Ilustrasi) |
Banyak orang mengeluh tidak bisa tidur saat bulan purnama. Sekarang, sebuah studi baru menemukan bukti bahwa tetangga terdekat planet Bumi itu memiliki dampak terhadap kualitas tidur manusia.
Christian Cajochen, peneliti masalah tidur dari rumah sakit psikiatrik di University of Basel di Swiss, memimpin sebuah studi yang menganalisa pengukuran-pengukuran data penelitian mengenai tidur, termasuk aktivitas otak, dari 33 individu yang sebelumnya telah diperiksa di klinik tidur.
Mereka terkejut saat melihat para subyek penelitian terganggu tidurnya ketika bulan purnama.
"Pada saat bulan purnama, tidur orang-orang kurang nyenyak, sekitar 30 persen kurang nyenyak. Mereka umumnya tidur 20 menit lebih cepat, dan perlu lima menit lebih lama untuk tidur," ujarnya.
Cajochen mengatakan tidak banyak yang diketahui mengenai dampak fase-fase bulan terhadap manusia, yang tidurnya dipengaruhi jam tubuh 24 jam yang disebut 'circadian', atau proses biologi yang didorong fluktuasi hormon yang mengontrol siklus tidur-bangun dan pola pemberian makan.
Jam tubuh ini juga dipengaruhi periode-periode terang dan gelap, menurut Cajochen, yang mengatakan bahwa para peneliti menemukan bahwa tingkat-tingkat hormon melatonin, yang menyiapkan tubuh untuk tidur, juga lebih rendah pada subyek penelitian selama bulan purnama.
"Ada kegelapan di luar dan tubuh kita harus beradaptasi dengan perilaku kegelapan, yang berarti pada manusia, adalah tidur. Jadi ini menyangkut hormon persiapan tidur. Dan hal ini berkurang pada fase bulan purnama, meski mereka tidak melihat cahaya. Dan ini barangkali menyebabkan sedikit gangguan tidur," ujarnya.
Cajochen berspekulasi bahwa gangguan tidur, yang disebabkan oleh apa yang ia sebut ritme 'circalunar', barangkali merupakan peninggalan masa prasejarah, mempengaruhi reproduksi manusia dan aktivitas-aktivitas lainnya seperti pengaruhnya saat ini pada hewan termasuk binatang laut.
"Ada bukti bahwa dua jam ini berhubungan satu sama lain -- jam circadian dan circalunar di spesies lain. Namun kita tidak melihat petunjuk apa pun dalam manusia. Jam circalunar masih misterius," ujarnya.
Cajochen mengatakan bahwa jam circalunar, jika benar ada, juga akan mempengaruhi kinerja kognitif pada manusia dan mood kita. (VoA)
Christian Cajochen, peneliti masalah tidur dari rumah sakit psikiatrik di University of Basel di Swiss, memimpin sebuah studi yang menganalisa pengukuran-pengukuran data penelitian mengenai tidur, termasuk aktivitas otak, dari 33 individu yang sebelumnya telah diperiksa di klinik tidur.
Mereka terkejut saat melihat para subyek penelitian terganggu tidurnya ketika bulan purnama.
"Pada saat bulan purnama, tidur orang-orang kurang nyenyak, sekitar 30 persen kurang nyenyak. Mereka umumnya tidur 20 menit lebih cepat, dan perlu lima menit lebih lama untuk tidur," ujarnya.
Cajochen mengatakan tidak banyak yang diketahui mengenai dampak fase-fase bulan terhadap manusia, yang tidurnya dipengaruhi jam tubuh 24 jam yang disebut 'circadian', atau proses biologi yang didorong fluktuasi hormon yang mengontrol siklus tidur-bangun dan pola pemberian makan.
Jam tubuh ini juga dipengaruhi periode-periode terang dan gelap, menurut Cajochen, yang mengatakan bahwa para peneliti menemukan bahwa tingkat-tingkat hormon melatonin, yang menyiapkan tubuh untuk tidur, juga lebih rendah pada subyek penelitian selama bulan purnama.
"Ada kegelapan di luar dan tubuh kita harus beradaptasi dengan perilaku kegelapan, yang berarti pada manusia, adalah tidur. Jadi ini menyangkut hormon persiapan tidur. Dan hal ini berkurang pada fase bulan purnama, meski mereka tidak melihat cahaya. Dan ini barangkali menyebabkan sedikit gangguan tidur," ujarnya.
Cajochen berspekulasi bahwa gangguan tidur, yang disebabkan oleh apa yang ia sebut ritme 'circalunar', barangkali merupakan peninggalan masa prasejarah, mempengaruhi reproduksi manusia dan aktivitas-aktivitas lainnya seperti pengaruhnya saat ini pada hewan termasuk binatang laut.
"Ada bukti bahwa dua jam ini berhubungan satu sama lain -- jam circadian dan circalunar di spesies lain. Namun kita tidak melihat petunjuk apa pun dalam manusia. Jam circalunar masih misterius," ujarnya.
Cajochen mengatakan bahwa jam circalunar, jika benar ada, juga akan mempengaruhi kinerja kognitif pada manusia dan mood kita. (VoA)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !